Senin, 21 Juni 2010

Hadiah Terindah Hari Ini


Mama mau?" Rara menawarkan yoghurt dingin padaku.
"Tidak, Nak, hari ini Mama puasa," jawabku.
Cepat ia menyembunyikan yoghurt itu di balik punggungnya. "Maaf ya Ma, Rara nggak tahu."
"Gak pa-pa."
Ia pergi menghabiskan yoghurt itu di dalam kamarnya. Saat ia keluar, ia bertanya
padaku, "Saat ini, apa yang paling Mama inginkan?"
Secara aku sedang puasa, semua terasa lebih enak dari hari biasa. Tapi yang
paling aku inginkan saat ini adalah ikan bakar Fauzi, di Jalan Pangeran Hidayat.
"Mama ingin sekali makan ikan bakar Fauzi, seperti yang dulu kita beli. Duuh...
pasti enak sekali. Tapi hari ini Mama kan sudah siap masak, jadi beli nasi
bungkusnya kapan-kapan saja," kataku.
Ia tersenyum. "Nanti Rara belikan."
Pukul dua siang, ia pamit pergi MDA. Aku izinkan. Tapi tak lama kemudian, ia
muncul lagi. Wajahnya mengintip dari balik jendela ruang kerjaku.
"Kok pulang?"
"Kotak pensil Rara ketinggalan," katanya sambil tersenyum.
Kami bertemu di dalam rumah. Ia berkata sambil lalu, "Ma, lihat di atas kulkas!"
Kulihat, sebuah bungkusan plastik hitam tergeletak di sana.
"Apa ini Rara?"
"Nasi bungkus dengan ikan bakar. Rara belikan untuk buka puasa Mama nanti."
"Oh!" aku menangkupkan tangan di dada, lebay. "Terima kasih ya Nak!"
Jadi, pas waktu berbuka, aku makan nasi bungkus seharga Rp6 ribu yang dibeli
Rara dengan lauk ikan bakar itu. Tak ada sayuran dalam nasi itu, karena memang
sudah habis. Demikian pula kuah gulai yang dituang di atas nasi, sudah nyaris
basi. Tapi aku bahagia memakan semua itu, karena itu hadiah dari anakku.
"Mama suka?" tanyanya.
"Suka. Terima kasih ya Nak. Pahala puasa Mama hari ini, juga akan Rara dapatkan, karena Rara sudah memberi makan orang yang berpuasa. Terima kasih ya!"
Ia tersenyum lagi. Kucium pipinya dengan sayang dan bahagia...