Jumat, 30 Oktober 2009

Anakku Shalat di Sekolah

Hari pertama kelas tiga SD di usianya yang 8 tahun, Lira aku ingatkan untuk tidak
meninggalkan Shalat Ashar. Ia masuk pukul satu siang dan pulang pukul lima sore.
Shalat Zuhur dilakukan di rumah sedang Ashar di sekolah.

"Ingat ya Rara, bawa mukenanya ke sekolah. Nanti begitu terdengar adzan,
segera ke mushalla di sekolah dan shalat di sana, oke?" kataku padanya.

"Tapi Ma, gimana kalau Rara masih belajar?" tanyanya.

"Ah, biasanya waktu Ashar bersamaan dengan jam istirahat. Jadi nanti shalat dulu,
baru jajan ya!"

"Mushalla di sekolah Rara tu selalu tertutup pintunya Ma," ia masih mencoba
mencari alasan.

"Tidak, itu karena selama ini Rara sekolah pagi. Kan tidak ada yang shalat. Tapi
kalau masuk siang, pintu mushalla pastilah dibuka."

"Bagaimana kalau teman-teman Rara tidak ada yang shalat?"

"Kamu mau meniru yang salah itu? Walaupun seisi sekolah tidak shalat, kita tidak
harus menirunya. Tahukah kamu, kalau nanti ada teman Rara yang ikut-ikutan
shalat karena melihat Rara shalat, maka Rara akan mendapatkan pahala dari
Allah. Satu karena Rara shalat, dua karena ada orang lain yang ikut shalat
bersama Rara. Selagi orang itu shalat, selama itu pula pahalanya akan terus
mengalir pada Rara. Wah, enak dong, dapat kiriman pahala terus menerus.
Malaikatnya mungkin sampai kecapekan menulis pahala Rara," aku tersenyum. Ia
tertawa.

Maka iapun mulai yakin. Ia pergi ke sekolah siang itu dengan percaya diri. Mukena
ada di dalam tasnya. Pulang sekolah, tak sabar aku ingin mendengar ceritanya.

Begini. Begitu bel istirahat berbunyi, ia lari ke mushalla itu. Tapi benar dugaannya, mushalla itu terkunci. (terkunci?!, tak percaya!). Ia lalu bertanya pada gurunya, sesuai juknis yang aku berikan di rumah. Gurunya bilang, shalat saja di sudut sana! (sambil menunjuk sesudut tempat di ruang tunggu dekat ruang kepala
sekolah. Di sana dibentangkan selembar sajadah lusuh). Maka gadis kecilkupun
rukuk dan sujud di sana. Sendirian.

"Sendirian?!" ulangku.

"Iya Ma, tak ada guru Rara yang terlihat shalat di sana. Juga teman-teman."

"Kakak kelaspun tidak ada?"

Ia menggeleng pasti. Heran, kok bisa ya.. Dulu zaman aku SD, rumah penjaga
sekolah di halaman belakang penuh sesak oleh kami yang shalat di sana. Ada
kebahagiaan tersendiri shalat ramai-ramai dengan teman-teman. Tidak kami
rasakan itu sebagai beban. Kami semua gembira melakukannya. Mengapa sekarang keadaannya jauh berbeda?

"Jangan berhenti gara-gara tak ada kawan ya Nak. Biar saja orang-orang itu tidak
shalat, yangk penting kita tidak ikut-ikutan."

Hari-hari berikutnya, satu persatu teman-temannya ikut shalat di sudut ruang
tunggu itu. Namun sering pula ia hanya sendirian melakukannya. Jadi rutinitasnya,
begitu bel berbunyi, ia pergi shalat dulu, baru jajan.

Kemarin dulu, ia berlaku pintar. "Jadi Ma, begitu keluar main, Rara pergi ke
kantin, beli nasi goreng. Rara minta plastik untuk tutupnya. Rara bawa nasi goreng
itu ke kelas, taruh sendok di atas plastiknya biar tidak diterbangkan angin. Abis
itu, Rara lari pontang-panting ke atas (lantai dua), shalat di sana. Abis itu baru
makan. Abis lo Ma, nasi gorengnya," ia bangga mengatakannya. Maksudnya, bangga karena nasi gorengnya abis.

Hm..aku juga bangga padanya.

"Nasi gorengnya ditinggal dalam kelas, apa nggak diambil orang?" tiba-tiba aku
teringat nasi goreng itu.

"Nggak la Ma..." ia menjawab sambil memandangku sepele.

Kali lain, ia ada urusan sesuatu sehingga lupa shalat saat jam istirahat. Begitu bel
berbunyi tanda pelajaran akan dimulai kembali, ia tersadar, masih ada utang.
Katanya pada ibu gurunya, "Buk, saya boleh permisi sebentar, saya mau shalat
Ashar."

"Ya, cepat sana!" jawab gurunya.

"Gurunya nggak marah?" pancingku ingin tahu.

"Nggak. Kalau minta ijin pergi shalat itu Ma, gurunya tidak akan marah,"
jawabnya.

"Bagus Nak, kamu hebat, mama bangga padamu." Hatiku serasa hendak meloncat
keluar karena bahagia. Kalau sudah begitu, ia mulai melancarkan serangan. Senyum-senyum, memandangku penuh arti, menggoyang-goyang badannya dengan manja,
lalu..." Ma, boleh beli mainan?"
Oh no!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar