Rabu, 25 Januari 2012

Eksperimen Telur Berdiri Saat Imlek


Sejak awal Januari lalu, saya menjadi penanggung jawab halaman Gong Xi Fa Cai, yang sengaja dihadirkan koran tempat saya bekerja. Jadilah setiap hari saya mencari berita seputar pernak-pernik, makanan, tradisi dan legenda-legenda yang berkaitan dengan Imlek dan kebudayaan warga Tionghoa.

Suatu hari, saya membaca bahwa pada hari Imlek, telur dapat dibuat berdiri. Silakan cari sendiri berita-berita terkait hal itu di internet. Banyak juga. Dikatakan, ini bukan masalah mistik dan sebagainya, namun secara ilmu pengetahuan, memang pada saat itu daya gravitasi bumi demikian kuatnya sehingga dapat menahan telur tetap berdiri di bagian yang paling runcing sekalipun.

Pada hari itu pun, salah satu televisi swasta juga sedang menayangkan film tentang anak-anak penghuni kuil shaolin dan salah satu adegannya adalah seorang anak yang mendirikan semangka.

Maka, untuk memuaskan rasa penasaran saya dan juga (idealnya) mengajarkan pada anak-anak tentang ilmu baru ini, saya katakan pada si Rara bahwa pada Senin (23/1), kami tidak akan pergi kemana-mana. Sebaliknya, kami akan membuat telur berdiri.

Rara langsung tertarik sementara si Tata langsung lari pergi main. Dia sepertinya tak mendengar kata-kataku atau tidak mengerti? Wallahualam...

Pada hari H, sekitar pukul sepuluh pagi, Rara mengingatkan, "Ma, katanya mau bikin telur berdiri?"

"Oh iya. Menurut berita yang Mama baca, telurnya cuma bisa berdiri selama satu jam. Masalahnya, Mama lupa, dari jam berapa sampai jam berapa ya?"
Aku mengingat-ingat kembali, pukul berapa sebenarnya waktu yang tepat untuk mendirikan telur? Pukul 11.00-12.00? Atau pukul 12.00-13.00?

Aku dan Rara mencobanya pukul 11.00, tapi gagal. Aku memang kurang sabaran. Kataku, "Gak bisa, nanti saja dicoba lagi."

Sekitar pukul setengah dua, Rara pergi jajan ke warung. Pulang-pulang, ia berkata, "Mana telurnya, Rara mau coba lagi."

Sebelum sempat menjawab, ia sudah mencapai lemari es dan menbawa sebutir telur ke halaman. Saya di dapur. Dari dapur itu saya hanya dapat

melihat punggunya yang sedang mencoba mendirikan telur. Saya sedang mengurus sesuatu di dapur, entah apa, lupa. Yang jelas, kali pertama usaha mendiriakn telur dilakukan Rara seorang diri.

"Mama! Bisa! Telurnya bisa berdiri!"

Aku cepat-cepat datang dan menyaksikan sendiri telur itu memang bisa berdiri. Semula saya kira telur itu akan berdiri dengan sendirinya.

Ternyata tidak. Rara mendirikannya, lalu jarinya perlahan-lahan dilepaskan. Memang perlu kesabaran untuk melakukannya dan berkali-kali Rara gagal. Telurnya terguling. Tapi lama-lama ia berhasil juga. Saya sendiri mencoba tak sampai dua menit sudah menyerah.

Tau-tau datang si Keriting maoncong-oncong dengan temannya si Intan. Sekali sentuh dengan telunjuknya yang sakti, terguling-gulinglah telur itu tak karuan. The Little Destroyer is coming....

"Iiiiih..... Tataaaa...." seru kakaknya.

"Ngapa Kakak? Ih, kok bisa? Tata mau coba jugaaa..." dia mulai cerewet.

Lalu enam telur keluar dari lemari es.







Rara berhasil mendirikan lima dan si Tata satu. Tapi setelah aku perhatikan, telur yang didirikan Tata ternyata berada di retakan semen, sehingga permukaannya tidak rata. Jadi itu tidak dihitung. Pada Rara aku dapat menjelaskan sekilas, bahwa telur-telur itu dapat berdiri karena kuatnya daya tarik bumi (gravitasi).

Si Tata tak mendengarkan, karena sedang asik mencoba membuat telur itu berdiri.

Gong Xi Fa Cai....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar