Senin, 22 Oktober 2012

36 Ribu Pengangguran

Saat melewati suatu jalan, saya melihat deretan ruko yang baru saja berdiri. Di salah satu pintu tertulis besar-besar DIBUTUHKAN TENAGA KERJA SEGERA. Itu adalah pintu toko salah satu usaha laundry. Di salah satu swalayan juga tertulis pengumuman yang sama. Seorang tetangga saya, sejak berbulan-bulan yang lalu mencari seorang pembantu. Sampai saat ini belum ditemukannya. Di tempat lain, seorang bapak tengah  mencari tukang untuk merenovasi rumahnya.

    Pada waktu yang sama, seorang teman saya memiliki tiga pekerjaan sekaligus. Pegawai bidang iklan di salah satu media, pengelola sebuah lembaga pendidikan dan sekaligus perintis usaha multi level marketing yang cukup menjanjikan. Hampir setiap kesempatan ia manfaatkan untuk menjalankan bisnis-bisnisnya. Teman yang lainnya selain  menjadi wartawan juga bisnis woman yang berhasil dan pengelola sebuah event organizer.

    Saya pun sering mengerjakan dua pekerjaan di waktu yang bersamaan. Saya pikir, bila waktunya bisa diatur, tidak saling mengganggu, kenapa tidak? Maka pada suatu ketika, saya mendapat job mengedit tulisan ilmiah seorang teman. Di kesempatan lain saya dapat job yang lain lagi. Kerjanya gampang, mudah, tinggal memanfaatkan relasi yang telah terjalin selama ini.

    Makanya saya jadi kaget membaca berita bahwa saat ini ada 36 ribu warga Pekanbaru yang berstatus pengangguran. Menurut saya itu sebuah angka yang cukup besar. Bukankah ini sebuah kondisi yang sangat timpang? Mengapa pada saat yang sama, tempat yang sama (Pekanbaru, maksud saya), ada orang yang kelebihan pekerjaan, sementara yang lain tidak kebagian?

    Saya mengenal seorang wanita paruh baya yang berjalan sepanjang hari mencari pekerjaan. Kala senja tiba, terlihat ia keluar dari kamar mandi masjid sambil membawa kantong plastik. Saya pikir dia  mandi di sana. Dulu ia pernah datang ke rumah dan bertanya, apakah saya punya pekerjaan untuknya. 

    Setelah mempelajarinya, saya sampai pada kesimpulan, bahwa terkadang pekerjaan datang karena orang sudah mengetahui hasil kerja kita. Orang sudah percaya. Orang tahu kita bisa melakukannya. Atau kita sendiri yakin bisa mengerjakannya. Pekerjaan juga terkadang datang karena adanya relasi. Di sanalah salah satu makna dari sebuah kata-kata bijak bahwa silaturahmi membuka pintu rezeki, akan kita temukan.

    Orang-orang yang tidak memiliki keahlian, biasa hidup dalam kemapanan atau kurang percaya diri, akan sulit mendapatkan pekerjaan. Mereka terkadang  merasa malu dengan pekerjaan yang sudah mereka dapatkan saat ini. Mereka berpikir jangka pendek. Saya mengenal seseorang yang hampir setiap tahun gonta-ganti pekerjaan, karena tidak pernah merasa cocok. Pekerjaan yang didapat bukan dari hasil jerih payahnya, melainkan karena koneksi, dilepas begitu saja karena merasa tidak cocok dengan ilmu yang didapat di sekolah. Ia berharap akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Bodohnya, tetap saja dengan mengharapkan bantuan dari koneksi. Walhasil, hampir tiap tahun ganti pekerjaan.

    Sebaliknya, saya juga mengenal seseorang yang menolak bantuan siapapun dalam keluarganya untuk mendapatkan pekerjaan. Ia berkeras berusaha sendiri. Berat memang. Namun hasilnya amatlah manis. Kini ia bisa dikatakan berhasil, mapan secara ekonomi dan karir yang terus menanjak.

    Berusahalah, pekerjaan ada dimana-mana dan sedang menunggu kita.

   
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar