Rabu, 16 Maret 2011

Lelaki Kecil yang Tersenyum Itu


Malam ini, sebuah foto membuat saya tertegun. Itu foto tentang aktivitas para pemulung di tempat pembuangan sampah. Mereka mengais semua yang busuk-busuk itu, semua yang telah kita singkirkan dari rumah, demi sesuatu yang mungkin masih memiliki nilai.
Seorang bocah berbaju biru, terlihat menjadi fokus. Ia tersenyum hangat. Matanya cemerlang. Foto itu diambil Rizqi Abadi, fotografer Harian Riau Times.
Yang terlintas di kepalaku, apakah ia menemukan kotoran ikan yang dulu aku buang? Apakah ia mengumpulkan kulit bawang, tahu dan tempe basi, nasi bercendawan, di dalam kantong plastik itu? Berapakah nilainya dalam rupiah dan untuk apa ia akan menggunakannya? Aku merasa malu, ia mengemasi kotoran-kotoranku.
Aku malu, karena sejatinya kami sederajat. Menurutku, orang-orang Pekanbaru, apapun suku dan darimanapun asalnya, jangan lagi mengurusi yang busuk-busuk itu. Apalagi tak lama lagi kota ini akan berulang tahun yang ke-224. Usia yang sudah cukup tua. Harusnya kita menggunakan teknologi untuk mengolah sampah dan biarkan si Buyung itu membuka buku bacaannya, duduk tenang di bangku sekolah, berdiskusi tentang supernova, berdebat soal ekonomi, menulis tentang indah dan kayanya negeri ini, makmur dan sejahteranya rakyatnya, dan besarnya harapannya untuk menjadi orang berguna di kemudian hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar