Selasa, 01 Mei 2012

Mayday

Dalam bahasa internasional, mayday berarti panggilan dengan radio untuk minta bantuan dari kapal atau pesawat terbang yang sedang mengalami kondisi darurat. Bila mendengar kata-kata itu, maka pesawat atau kapal yang sedang berada di sekitar lokasi itu harus memberikan bantuan.

 Kata-kata itu sekarang punya pengertian tambahan, yaitu sebutan untuk Peringatan Hari Buruh Internasional. Mungkin sekarang arti kedua inilah yang lebih akrab bagi kita. Apalagi akhir-akhir ini, orang-orang ramai membicarakan tentang Mayday. Buruh-buruh di seluruh dunia akan menggelar aksi unjuk rasa damai untuk menyuarakan aspirasi mereka, tak terkecuali di Indonesia.

Wajar kaum buruh setiap 1 Mei menggelar Mayday. Pasalnya, dari waktu ke waktu taraf kehidupan mereka tak kunjung sejahtera. Apalagi standar sejahtera antara satu negara dengan negara lain, sangat berbeda.

Seorang petugas kebersihan di Inggris, bekerja dengan jaminan asuransi kesehatan dari pemerintah, mendapatkan kendaraan modern pengolah sampah dan punya jam kerja yang jelas. Walaupun ia hanya seorang petugas kebersihan, namun ia memiliki mobil pribadi dan rumah yang layak.

Beda dengan petugas kebersihan di Indonesia, bahkan di Ibukota Jakarta sekalipun, petugas kebersihan hidup memprihatinkan. Mereka diupah oleh warga sekitar yang patungan bersama-sama.

 Sering kita melihat mereka hilir mudik mendorong gerobak, mengais sampah tanpa sarung tangan dan mendapatkan upah yang jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tidak sedikit pula dari mereka yang hidup di bawah kolong jembatan.

 Wilbur Ramirez, seorang binmen (tukang sampah, red) di London, Inggris mencoba merasakan hidupan seorang tukang sampah di Jakarta bernama Imam dalam suatu program pertukaran. Acara yang diputar di stasiun televisi BBC London itu, menarik perhatian tidak saja orang-orang di Inggris, melainkan juga di Brussel, Amerika Serikat dan lainnya.

Wilbur Ramires menangis melihat kondisi Imam, yang mengais sampah dari satu rumah ke rumah yang lain, dengan cara yang sangat 'primitif'. Berbeda sekali dengan Ramirez yang menggunakan teknologi sehingga ketika ia pulang ke rumah, ia tetap dapat kondisi relatif bersih dan tidak 'bau' seperti rekannya sesama binmen di Indonesia.

Sempena Hari Buruh Sedunia, memang sudah waktunya pemerintah dan kita semua, memperhatikan para pahlawan lingkungan ini. Kondisi mereka memang sudah gawat darurat, ibarat kapal, perahu mereka sudah oleng dan air laut telah memasuki lambung kapal.

Mari teriakkan bersama-sama; MAYDAY! MAYDAY!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar