Rabu, 30 Mei 2012

Ironi

Ada banyak ironi yang kita saksikan beberapa hari terakhir ini di Indonesia. Salah satu yang menyedot perhatian dunia adalah tragedi Sukhoi Superjet 100, pesawat komersial buatan Rusia yang dikatakan sangat canggih. Sebelum memproduksi pesawat komesil, Sukhoi telah lebih dulu memproduksi Sukhoi jenis pesawat tempur yang banyak digunakan saat Rusia berperang melawan tetangganya Georgia yang ingin memisahkan diri.

    Ironi Sukhoi menurut pandangan saya adalah datangnya bantuan dari Rusia ke Indonesia dengan tujuan mencari puing-puing pesawat itu. Ketika seluruh dunia mengikuti tragedi ini detik per detik, ketika para keluarga korban harap-harap cemas menunggu kabar tentang anggota keluarga mereka, ketika Indonesia seolah mengerahkan seluruh kemampuan, tenaga dan daya untuk mencari 45 penumpang yang bisa saja masih ada yang selamat, pihak Rusia hanya ingin mencari puing-puing pesawat kebanggaan mereka itu. Tidak lebih. Hm... ternyata puing-puing Sukhoi pun jauh lebih berharga daripada pilot terbaik mereka yang tewas dalam tragedi itu.

    Ironi kedua adalah, pesta mewah ulang tahun ke-17 anak pengacara kondang Hotman Paris Hutapea di sebuah hotel berbintang di Jakarta, tak jauh-jauh kali dari Gunung Salak, tempat 45 jenazah yang telah terkeping-keping, berserakan menunggu dikumpulkan kembali.

    Pesta digelar saat Basarnas mengumpulkan dan tim DVI menyusun kembali potongan-potongan puzzle yang terserak di jurang Gunung Salak yang angker, untuk dibentuk kembali menjadi 45 sosok manusia.
    Ironi lainnya, Hotman Paris juga menghadiahkan putrinya mobil mewah seharga Rp9 miliar! Bayangkan uang Rp9 miliar itu. Dengan uang untuk satu mobil mewah itu, kita bisa membangun 5 lagi tugu Countdown PON XVIII yang baru saja diremukkan mahasiswa yang geram, tempo hari. Kita juga dapat memperbaiki banyak sekolah-sekolah berdinding pelepah sawit dan beratap rumbia.

    Tak hanya Hotman Paris, artis Julia Perez pun pamer mobil mewahnya beberapa hari lalu. Dan kemarin, giliran Andi Soraya pamer mobil mewah buatan Eropa yang limited edition seharga Rp7,8 miliar, hadiah dari sang suami.

    Ironi lainnya, setiap tahun ribuan umat Islam pergi ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji. Bahkan bila Anda mendaftar hari ini, jangan harap bisa berangkat tahun depan. Tunggulah hingga tahun 2023 mendatang, baru tiba giliran Anda, itupun kalau Anda tak meninggal duluan.

    Namun di saat yang sama, ribuan juga jumlahnya tenaga kerja Indonesia yang menyapu, mengepel, mendodos karet dan sawit ke negeri jiran. Mereka pergi karena beratnya hidup di Indonesia, sulitnya mencari uang, sehingga harus pergi ke 'rumah' tetangga. Walupun resikonya akan dipandang hina dan direndahkan. Bahkan bila silap sedikit, bisa-bisa pulang dalam peti jenazah dengan jeroan yang sudah tak lengkap.

    Memang sungguh banyak ironi di negeri ini. Kalau kita perhatikan lagi baik-baik, akan kita temukan ironi-ironi lain. Tentu saja saya bukan bermaksud menyalahkan orang-orang yang meraih kesuksesan setelah bekerja keras dan menikmati hidup dengan memberi barang-barang mewah itu. Mereka berhak atas itu semua. Tinggal sekarang para pemimpin kita membuat sistem yang jelas sehingga ketimpangan antara si miskin dan si kaya tidak demikian jauh, seperti sekarang ini.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar