Minggu, 15 Juli 2012

Bibit-bibit PD III yang Kita Tanam Hari Ini



Beberapa pekan terakhir, kita disuguhi berita-berita tentang perang di berbagai negara di dunia. Saya ragu menyebutkan mana yang terhangat, apakah konflik di Suriah antara tentara bayaran Presiden Bashar Assad yang membunuh bahkan membakar warga sipil  (termasuk wanita dan anak-anak) di negara itu, atau konflik perbatasan antara Suriah dengan Turki? Konflik antara Pakistan dan tetangganya Afganistan, atau antara Milisi Taliban dengan pemerintah Afganistan? Atau konflik antara etnik Rohingya yang mayoritas muslim dengan etnik Rakhine yang Buddha di Myanmar?
   
Seperti banyak diberitakan, para tentara bayaran Presiden Bashar Assad membunuh penduduk satu desa yang dianggap berseberangan dengan kebijakan presiden. Bila yang diserang adalah mereka yang bersenjata, mungkin tak terlalu luar biasa, namun ketika kaum perempuan yang tak berdaya, tak mengerti politik dan bayi-bayi merah berusia tiga bulan yang bahkan belum tahu nama mereka sendiri, juga ikut dibantai, apakah itu masih dapat diterima akal sehat?
  
 Dunia mengutuk kejadian ini.
   
Dan di Afganistan, milisiTaliban terus berusaha menunjukkan kukunya. Sepekan lalu mereka menyandera pengunjung salah satu hotel dengan alasan hotel itu menjadi tempat perzinahan dan tindakan amoral lainnya. Taliban memproklamirkan,  mereka tak akan tinggal diam melihat kemaksiatan dilakukan di depan mata mereka.
  
 Beberapa hari lalu, Taliban memenggal kepala 7 tentara Pakistan saat terjadi kontak senjata di daerah perbatasan Pakistan-Afganistan. Yang lebih sadis, sebuah situs memberitakan bahwa Taliban punya 'hobi' merekam setiap eksekusi yang mereka lakukan terhadap tawanan mereka.
   
Selain itu, Korea Utara dan Korea Selatan hingga saat ini tak kunjung berdamai sejak pecahnya Perang Korea pada 1950 lalu. Kedua bangsa itu saling curiga dan seolah mencari-cari pembenaran untuk melakukan serangan antara satu sama lain. Hingga saat ini, setiap pemuda dewasa di Korea Selatan harus menjalani wajib militer, sebagai tindakan berjaga-jaga atas perang yang setiap saat dapat terjadi dengan Korea Utara.
   
Di sisi lain, Iran yang terus melengkapi fasilitas nuklirnya, juga merupakan 'ancaman' serius di mata negara-negara Barat. Negara Syiah ini tak ambil pusing dengan larangan dan sanksi dari pihak Barat untuk memproduksi senjata nuklir. Bahkan Iran juga memproklamirkan akan segera memproduksi kendaraan perang.
   
Di Asia Tenggara sendiri, hubungan Indonesia dan Malaysia juga sedang tak harmonis. Klaim Malaysia atas warisan budaya asli Indonesia (yang terbaru Tari Tortor dan Gondang Sambilan) telah membuat hubungan kedua negara meruncing. Bahkan baru-baru ini Malaysia menyatakan protes keras atas komentar-komentar provokatif warga Indonesia dan aksi protes di Kedubes Malaysia di Jakarta yang diwarnai aksi pembakaran bendera Malaysia.
   
Bila keadaan ini terus memanas, bukan tidak mungkin perang dunia ketiga yang diramalkan John Titor, seorang time traveller, terjadi pada 2015 nanti. John Titor pada tahun 2000 lalu muncul di Amerika dengan mesin waktu dan mengaku merupakan prajurit Amerika yang berasal dari tahun 2036. Untuk membuktikan klaimnya, John Titor menyebutkan beberapa peristiwa yang akan terjadi beberapa tahun setelah tahun 2000. Salah satunya, tentang PD III. John Titor mengatakan, akibat perang itu, kota-kota besar di Amerika akan hancur, begitu pun di Eropa, Cina dan Timur Tengah. Beberapa 'ramalan' John Titor sudah terbukti, salah satunya runtuhnya Merara Kembar WTC dan serbuan Amerika ke Irak.
   
Bibit-bibit konflik telah kita semai dimana-mana. Kita  tinggal menunggu hasilnya, tak lama lagi, bila kita tak segera mengambil tindakan. Wallahualam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar