Kasus yang menghebohkan pekan lalu adalah ditangkapnya oknum guru berusia 50 tahun lebih dengan seorang Ketua RW di Kampar yang diduga merupakan oknum pembuat video porno sepasang remaja yang sedang dimabuk asrama di sebuah taman milik mantan Bupati Kampar Jefry Noer.
Dari rekaman video berdurasi 30 menit itu sangat jelas terlihat bahwa pembuat video porno ini sangat berniat untuk mempermalukan pasangan ini. Walaupun saat ditangkap para pemuda desa mereka masih mengenakan pakaian lengkap namun para lelaki yang menangkap mereka memaksa keduanya untuk membuka pakaian hingga telanjang. Setelah itulah, keduanya dishoot tiada henti, sekitar 30 menit.
Gadis 16 tahun yang sedang sial ini, tampak berusaha keras menutupi auratnya sambil terus menangis, memelas, memohon-mohon agar mereka dilepaskan dan pakaian mereka dikembalikan. Ia menjadi sasaran shooting kamera pelaku yang sepertinya juga menikmati rekamana itu. Terbukti, kamera sengaja diarahkan ke tempat-tempat tersembunyi, yang bahkan telah berusaha ditutupi si gadis dengan susah payah. Entah apa maksudnya.
Kita tidak bermaksud membenarkan perbuatan kedua pasangan itu yang mungkin telah berpacaran kurang sopan di kampung orang. Namun perbuatan para pembuat video porno itu, yang dengan sengaja mengarahkan kamera ke bagian tubuh yang berusaha ditutupi si gadis, adalah perbuatan keji. Biadab. Mereka telah mengikuti nafsu mereka melihat aurat si gadis. Ini menjijikkan. Kitapun dapat langsung mengetahui bahwa pelakunya adalah para lelaki. Para lelaki yang sengaja memanfaatkan kesempatan untuk kepuasan seksual mereka sendiri.
Menyaksikan itu, mau tak mau kita akan teringat pada keluarga kita sendiri. Anak perempuan kita atau adik perempuan kita, seandainya diperlakukan seperti itu oleh orang lain. Tentu akan sangat sakit rasanya. Apalagi melihat dan mendengar si wanita menangis, merintih-rintih, memelas, menghiba-hiba agar pakaian mereka dikembalikan.
Dapatkah anda membayangkan trauma yang akan ditanggungnya seumur hidup akibat ulah para lelaki biadab yang bahkan salah satunya adalah guru itu? Dapatkah Anda merasakan pedihnya hati mereka diperlakukan sedemikian rupa oleh orang-orang yang tidak dikenal itu?
Di sisi lain, ada Syech Puji yang menikahi gadis berusia 12 tahun, Lutfiana Ulfa, di Semarang. Ulfa yang berparas lembut dan bermata sayu ini, diperlakukan dengan hormat, disekolahkan, dan tentu saja dicukupkan kebutuhannya. Ia menjadi istri seorang pengusaha kaya dan akan menjadi salah satu pewaris kekayaan sang suami kelak.
Syech Puji yang diwawancarai mengatakan ia sengaja memilih Ulfa sebagai istrinya dengan berbagai alasan seperti berasal dari keluarga sederhana, masih muda, dan belum terkontaminasi oleh kehidupan kota yang penuh godaan. Ulfa benar-benar intan yang belum diasah, dan menjadi berkilau setelah berada di tangan Syech Puji.
Dengan pernikahan itu Ulfa dan keluarganya terangkat status sosialnya. Kehidupan ekonomi keluarganya yang selama ini serba pas-pasan, kita telah berubah menjadi lebih baik.
Bila anda punya anak gadis, anda pilih yang mana? Menikahkannya dengan orang yang tepat di usia muda agar terhindari dari fitnah dunia, atau membiarkannya menikmati arus zaman, berpacaran, dan kalau sial ditelanjangi orang sekampung untuk kemudian direkam lalu disebarkan ke seluruh pelosok dunia?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar