Doa untuk Anak-anak Palestina
Anda pernah membuka situs www.tragedipalestina.com? Cobalah buka dan klik salah satu menunya, intifadah. Di sini kita akan melihat betapa anak-anak yang tak berdosapun tak menjadi jaminan akan dilindungi. Israel dengan dukungan senjata yang lengkap tak segan-segan untuk menghujani mereka dengan roket. Bayangkan, bayi yang hanya bisa menangis!
Membuka situs ini, dan membaca segala hal tentang Palestina, sungguh menyentuh perasaan. Menyaksikan berbagai foto anak-anak yang terkapar berlumuran darah, ibu-ibu yang menangis, sungguh, di sini, beribu-ribu kilometer dari Palestina, sayapun merasakan kepedihan yang dalam.
Intifadah, yang berarti “pemberontakan” dalam Bahasa Arab, adalah nama untuk perjuangan yang dilakukan oleh sekelompok orang Palestina, yang bersenjatakan batu-batu, melawan salah satu musuh terbesar dunia, yaitu orang yang menjawab lemparan batu itu dengan peluru, roket, dan rudal.
Intifadah pertama memasuki panggung politik pada 1987, dimulai dengan pemuda Palestina yang membalas pembunuhan enam anak-anak Palestina oleh tentara-tentara Israel. Berlanjut hingga 1993, Intifadah menghadapi tanggapan yang sangat keras dari Israel. berdasarkan prinsip bahwa “kekerasan melahirkan kekerasan,” Timur Tengah kembali terjatuh ke dalam kekacauan. Sepanjang masa ini, perhatian dunia tertuju pada kasus anak-anak yang tempurung kepalanya pecah dan tangan-tangan mereka dipatahkan oleh para tentara Israel. Orang-orang Palestina, dari yang paling muda hingga yang paling tua, menentang kekerasan militer Israel dan penindasan dengan sambitan batu apa pun yang dapat mereka temukan. Sebagai balasannya, tentara Israel secara besar-besaran memberondongkan senjatanya: Menyiksa , mematahkan tangan, dan menembaki lambung dan kepala orang-orang dengan tembakan senapan. Pada tahun 1989, sebanyak 13.000 anak-anak Palestina ditahan di penjara-penjara Israel.
Yang membuat miris, tentara-tentara Israel tidak saja menembaki para pemuda dan tentara yang melanggar jam malam, melainkan juga anak-anak yang tengah bermain pada jam istirahat di pekarangan sekolah mereka. Tak puas dengan itu, mereka juga menembaki bayi-bayi yang sedang tidur di dalam rumah mereka. “Setiap orang tahu bahwa bayi-bayi tidak bisa melempar batu. Setiap orang tahu kecuali orang-orang Israel dan Amerika,” tulis wartawan-penulis Ruth Anderson dalam The Palestine Chronicle.
Chirs Hedges, kepala biro The Times untuk wilayah Timur Tengah selama bertahun-tahun, mengatakan dalam sebuah wawancara televisi bahwa tentara Israel melecehkan, menelanjangi, dan kemudian menembaki anak-anak palestina untuk kesenangan.
Rasanya tidak ada satu agamapun yang menganjurkan umatnya untuk melakukan kekejian, namun mengapa Israel dan para tentaranya seperti tak punya hati nurani saat membalasi serangan ketapel dan batu anak-anak Palestina?
Kita berharap, tragedi kemanusiaan di Palestina tidak terjadi di Riau. Dengan aneka perbedaan, semoga Riau menjadi kian kuat dan bersatu, sehingga anak-anak kita dapat terus bermain ayunan tanpa khawatir roket akan menghantam tubuh kecil mereka tanpa ampun. Dan untuk anak-anak Palestina, semoga Allah SWT tetap memberikan mereka kekuatan untuk melawan tentara Zionis Israel dan Palestina kembali menjadi tanah merdeka. (fitri mayani).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar