Sabtu (24/1) kemarin digelar penyerahan BM Syam Award untuk para siswa SMP dan SMA yang telah berdedikasi menulis kisah-kisah asal mula nama suatu daerah di Riau. Kumpulan legenda ini diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan Kesenian dan Pariwisata (Disbudsenipar) Provinsi Riau untuk kemudian dibagikan ke sekolah-sekolah.
Kepala Disbudsenipar Riau Joni Irwan dalam sambutannya menyatakan sangat mendukung kegiatan ini karena sangat berguna untuk melestarikan legenda-legenda negeri ini agar tak terkubur begitu saja dan dilupakan orang.
Sebagai daerah yang telah mencanangkan menjadi pusat kebudayaan melayu di dunia, Riau memang harus melakukan banyak hal, termasuk melestarikan tradisi-tradisi yang hampir punah.
"Biasanya yang mengetahui kisah-kisah asal mula ini adalah para kakek nenek kita, jadi bagus sekali bila anak-anak muda ini menggali kembali kisah-kisah itu untuk kemudian kita terbitkan dalam bentuk buku. Ini juga lebih bagus daripada anak-anak kita menonton sinetron dan film-film kartun dari luar," kata Joni Irwan.
Ia berharap kegiatan dwi tahunan ini dapat diadakan sekali setahun, sehingga semakin bergairah dan mendorong para siswa untuk mencintai kisah-kisah asli negerinya sendiri.
Peluncuran buku ini diisi dengan penandatanganan cover buku oleh Joni Irwan selaku Kadis Budsenipar, Al Azhar selaku Ketua Yayasan Bandar Serai dan Elmustian Rahman perwakilan dewan juri.
Pemenang pertama lomba penulisan ini adalah M Iqbal, siswa kelas III MA Sabili Huda, Reteh, Inhil, yang menulis tentang asal muasal nama Ibukota Kecamatan Reteh Pulau Kijang. Penghargaan untuk Iqbal sebagai pemenang pertama adalah judul kisah itu menjadi judul buku kumpulan kisah asal muasal ini. Juara kedua diraih oleh Azizah siswa SMAN 3 Pekanbaru dengan judul karya Legenda Desa Pekanheran, sedang pemenang ketiga Resi Rapitri, siswi MAN 1 Pekanbaru, menulis tentang Putri Pandan Baiduri (asal mula Persukuan di Pulau Bintan). Masing-masing pemenang mendapatkan trofi, piagam, dan royalti.
Usai peluncuran buku, acara dilanjutkan dengan diskusi tentang karya-karya yang masuk dan hal-hal seputar sastra. Pada umumnya yang tampil untuk bertanya adalah para guru yang siswa-siswanya ikut dalam lomba ini. Pertanyaan mereka seragam, apa kriteria dewan juri menetapkan para pemenang. Pasalnya, ada karya yang diunggulkan sang guru, malah tak masuk dalam 20 besar.
Para guru ini juga berharap pemerintah lebih banyak memberikan sumbangan buku bermutu untuk perpustakaan-perpustakaan sekolah. Pasalnya, para siswa mendapatkan pelajaran menulis resensi yang memang sangat berkaitan dengan karya-karya berkualitas.
Elmustian Rahman mewakili lima anggota dewan juri mengatakan beberapa kriteria penilaian yaitu orisinilitas karya, kekayaan bahasa, lokalitas karya, ide, dan kejernihan karya. Menurut Elmustian, tak masalah karya itu banyak memuat bahasa setempat, "Kalau perlu dibuatkan glosariumnya. Kapan lagi kita dapat memerdekakan bahasa kita kalau bukan sekarang," katanya.
Selain peluncuran buku 'Pulau Kijang Asal Mula Ibukota Kecamatan Reteh', diluncurkan pula antologi puisi 'Suara dari Kesunyian Temu Karya Penyair Muda Riau 2008' serta 'Kumpulan Cerita Pusaka Sang Ular Asal Nama Desa Sanglar' yang diterbitkan pada 2006 lalu. Cerita inipun merupakan buah karya M Iqbal, pemenang tahun ini.
Usai peluncuran, para undangan yang terdiri dari para siswa pemenang lomba didampingi guru masing-masing, berkunjung ke Museum Sang Nila Utama, di Jalan Jenderal Sudirman Pekanbaru. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar