Baru-baru ini kami para redaktur di Riau Mandiri diundang rapat dengan pimpinan. Rapat untuk menyamakan visi, menguatkan semangat kerja yang mungkin saja kendor karena berbagai alasan. Berbagai hal kami bicarakan hari itu. mulai dari masalah kecil sepele dalam internal, sampai ke isu-isu besar yang sedang ramai dibicarakan oleh masyarakat luas.
Saat pembicaraan yang hangat, kadang menggebu-gebu penuh semangat namun juga akrab itu hampir berakhir, pimpinan saya berkata, “Tahukah anda semua, dari 20 orang yang rapat hari ini, sebenarnya ada yang ke-21. Dia,” katanya sambil telunjuknya mengarah ke atas. ”Dia yang ke-21. Dia mengetahui semua yang kita bicarakan tadi. Yang rahasia ataupun tidak rahasia. Dialah yang akan menghakimi kita semua.”
Siapa Dia yang ke-21 itu? Dia, yang di dalam tanganNya nyawa kita berada. Dia yang menentukan, akan seperti apa kita esok hari. Dia yang menentukan, apakah kita masih berhak melihat anak-anak bermain, menolong orang lain, berbuat baik pada sesama, membaca koran, minum kopi, membuat lobi-lobi, dan lain sebagainya.
Bila kita ingat bahwa Dia akan menjadi yang ketiga, keempat, atau yang ke sekian dalam setiap pertemuan, mengawasi setiap gerakan, mencatat setiap kata yang terucap, mengingat setiap rencana, tipu muslihat, dan niat busuk, tentu kita akan ekstra hati-hati dalam setiap tindakan. Karena janji Dia sungguh dapat dipegang, bahwa setiap perbuatan baik atau buruk, akan mendapat balasan. Tidak di dunia, pasti di akhirat. Bahwa semua perbuatan baik, akan menghasilkan buah yang baik pula.
Karena itulah saya sering tak habis pikir, mengapa masih saja ada orang yang dengan sadar melakukan kejahatan, bahkan yang tak pernah dibayangkan akal sehat, seperti menzinahi anak kandung sendiri, membunuh bayi yang baru lahir, atau mencincang manusia seperti mencincang binatang. Semua pekerjaan yang rasanya tak layak dilakukan oleh manusia beradab dan beragama. Manusia yang ditinggikan derajatnya dari semua makhluk lain di muka bumi ini. Lebih mulia dari anjing, babi, jin, setan, dan segala makhluk jadi-jadian buruk rupa yang sedang naik daun di televisi kita. Manusia yang meyakini adanya Dia yang Maha Melihat segalanya.
Bila kita ingat bahwa ada yang kedua setelah diri kita, mengawasi tanpa lelah dan mengantuk, tanpa lengah atau lalai, harusnya setiap desah nafas kita adalah untuk memujiNya. Setiap perbuatan adalah untuk dicatat sebagai amalan baik, bukan sebaliknya. Mengikhlaskan hati dalam melakukan segala sesuatu, tanpa pamrih apapun di balik itu.
Mengharap ampunanNya atas segala khilaf, karena khilaf juga manusiawi, agar siksa di akhirat nanti tak perlu kita rasakan. Bayangkan saja, api di dunia hanyalah berupa percikan bunga api neraka, apatah lagi api neraka yang sesungguhnya. Bayangkan saja… dapatkah anda membayangkannya? Karena itulah, ingatlah selalu pada Dia yang ke-21. (oleh fitri mayani)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar