Catatan dari Kunjungan WPR’s Crew ke Riaupulp
Kamis 13 Maret lalu Warta Promosi Riau diundang ke Riaupulp, sebuah pabrik kertas dan bubur kertas (pulp) terbesar di dunia yang terletak di Kabupaten Pelalawan, tepatnya di Pangkalan Kerinci. Dari WPR berangkat empat orang crew, yaitu Moeslim Roesli (pimred), Zul Azhar, Saparudin Koto dan Fitri Mayani. Berikut oleh-olehnya.
Sesuai perjanjian, Supandi, salah seorang karyawan bagian Humas Riaupulp datang pukul delapan pagi itu. Sebagian dari kami sudah menunggu di rumah Pimred WPR Moeslim Roesli. Jurnalistic tour dimulai.
Jarak antara Pekanbaru-Pangkalan Kerinci sepanjang 70 km kami tempuh dalam waktu sekitar satu setengah jam. Rombongan kecil kami diterima langsung oleh Deputi Manager Fakhrunnas MA Jabbar beserta tim dari Public Relations Riaupulp bertempat di aula Balai Pelatihan Usaha Terpadu.
Sekilas kami melihat puluhan petani tengah mengikuti pelatihan pertanian. Menurut Supandi yang menjadi guide kami seharian itu, para petani itu berdatangan dari seluruh daerah tingkat dua di Riau. Mereka diberikan pelatihan selama beberapa hari di lokasi itu sesuai dengan keahliannya, misalnya bertani ataupun beternak. Tujuannya tidak lain agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan sehingga saat kembali ke daerah asalnya memiliki nilai lebih. Lebih jauh, tentu saja diharapkan para petani yang telah mendapatkan pelatihan ini dapat membagi ilmunya dengan para petani lainnya di daerahnya.
Pabrik terluas di dunia
Riau patut berbangga karena memiliki pabrik kertas dan pulp terluas di dunia. Pabrik ini terletak di areal seluas…. meter persegi, dilengkapi dengan berbagai fasilitas modern bagi para karyawannya, termasuk juga pembangkit listrik berkekuatan 435 megawatt.
“Sekitar 4 megawatt kami alirkan ke Kota Pangkalan Kerinci sehingga koa yang baru tumbuh itupun kini menjadi terang benderang,” jelas Fakhrunnas.
Kami memang melihat Kota Pangkalan Kerinci yang sedang giat membangun itu terlihat semarak. Sebuah bisnis center terlihat sedang dibangun. Di boulevard Lintas Timur yang membelah kota terlihat lampu-lampu jalan yang indah menghiasi jalanan. Dapat dibayangkan, pada malam hari demikian semaraknya kota ini oleh benderangnya lampu jalan. Dan itu semua listriknya dialirkan dari Riaupulp.
Dalam penjelasannya kepada kami, Fakhrunnas yang kolumnis dan juga mantan wartawan itu menerangkan bahwa Riaupulp merupakan perusahaan kertas yang memiliki komitmen tinggi terhadap lingkungan. Hal ini sangat penting karena menyangkut market yang hendak mereka bidik.
“Di pasar global, bila kita hendak menjual produk, orang tidak lagi semata melihat produk yang kita tawarkan, melainkan lebih jauh lagi seperti dari mana bahan bakunya didapatkan, bagaimana orang-orang yang bekerja di balik produk itu dan juga bagaimana komitmen kami terhadap lingkungan. Kami menyebutnya ‘triple P’ yaitu people, planet, and provit. Inibukan basa-basi, melainkan tuntutan global market yang bila kami langgar akan menghilangkan pasar kami,” jelasnya.
Karena kebijakan ‘triple P’ itulah maka Riaupulp sangat memperhatikan segala hal yang berkaitan dengan produknya. Salah satu contoh adalah, kepedulian Riaupulp terhadap lingkungan dibuktikan dengan menerapkan mozaik concept plantation. Dengan konsep ini maka hutan-hutan yang memiliki keunikan flora maupun fauna dilindungi sedemikian rupa hingga tidak menghilangkan ciri khasnya. “Bagian-bagian yang dibiarkan tetap seperti aslinya itu bila dilihat dari udara terlihat seperti mozaik-mozaik yang indah,” jelas Fakhrunnas.
Selain itu, Riaupulp juga sudah menerapkan no burn policy (buka lahan tanpa bakar) sejak 1994 lalu, yang artinya tiga tahun lebih awal dibandingkan anjuran pemerintah. Sebagai pabrik kertas yang bahan bakunya adalah kayu, adalah tidak masuk akal bagi Riaupulp untuk membuka lahan dengan membakar hutan sementara mereka membutuhkan kayu-kayu alam itu untuk membuat kertas dan bubur kertas.
Karena kebijakan itu dan juga tuntutan pasar, Riaupulp juga mendapatkan sertifikat ecolabel di Indonesia selain penghargaan-penghargaan lainnya bertaraf internasional.
Selain itu, dikatakan oleh Eliezer P Lorenzo, dengan konsep selalu menanam yang diterapkan perusahaan ini, maka bukanlah hal yang mustahil bila dikatakan perusahaan ini akan dapat bertahan hingga 100-200 tahun ke depan. “Karena kami terus menanam pohon, dalam hal ini akasia yang memang dipilih dari bibit yang paling unggul, maka ketersediaan bahan baku untuk pabrik akan terus tersedia.”
Community Religious Affair
Berbeda dengan perusahaan swasta lainnya yang karyawannya terdiri dari berbagai suku bangsa, Riaupulp memiliki sebuah divisi bernama community religious affair (CRA). Sesuai namanya, CRA membina sedikitnya 15 paguyuban yang ada di Riaupulp, meliputi 11 paguyuban suku/etnis dan 4 organisasi keagamaan.
“Mungkin CRA hanya ada di Riaupulp. CRA kami buat untuk menampung aneka paguyuban yang ada di sini agar terjalin hubungan yang baik antar entis dan pemeluk agama,” jelas Fakhrunnas.
Komplek Riaupulp memang sudah seperti kota kecil yang sangat teratur dan tertata dengan rapi. Aneka perumahaan dengan berbagai tipe tersedia di sini. Para karyawan baik yang masih bujangan maupun yang sudah menikah disedikan fasilitas oleh perusahaan. Tak hanya perumahan, fasilitas lain seperti sekolah (bahkan ada sekolah berstandar internasional di sini), rumah sakit, tempat hiburan dan sarana olahraga juga tersedia di sini.
Peduli Lingkungan
Riaupulp adalah perusahaan yang sangat peduli dengan lingkungan. Tak hanya dalam menghasilkan produk, juga dari proses di pabrik sejak dari gelondongan kayu dimasak hingga menjadi bubur ataupun kertas.
Isu lingkungan global harus diwaspadai dengan perbuatan nyata. Oleh karena itu, Riaupulp telah mengikatkan diri untuk memenuhi standar lingkungan melalui konsep ‘green industry’ dalam pembangunan berkelanjutan.
Seperti yang dikatakan oleh Buchori, Senior Staf Environment Riaupulp, untuk membakar kayu, pabrik mereka menggunakan kulit dan getah kayu. 93 persen dari bahan bakunya adalah biofuel.
Selain itu, asap dari pembakaran inipun tidak dilepas begitu saja ke udara yang dapat dikatakan merupakan polusi, namun ‘ditangkap’ kembali dan dibakar kembali. Dengan demikian hampir tidak ada polusi asap dalam proses pemasakan kayu menjadi pulp.
“Bila ada asap dan juga bau, berarti ada yang tidak beres dengan mesin. Kami mempekerjakan tenaga ahli yang kerjanya khusus soal bau ini. Bila ada bagian yang mengeluarkan bau,
Demikian pula dengan air limbah yang dihasilkan pabrik ini, tidak dibuang begitu saja ke sungai, namun diolah dulu hingga layak digunakan kembali.
WPR berkesempatan mengunjungi Riaukertas, pabrik yang terus bekerja 24 jam nonstop. Di sini kami melihat mesin-mesin canggih menggulung kertas hingga berukuran sangat besar, memotong kertas hingga mencapai ukuran kuarto, folio dan sebagainya. Mesin pemotong kertas ini dapat menghasilkan 179 rim kertas perdetik yang langsung dikemas, dibungkus, diberi nomor, dan dipacking. Semuanya serba mesin. Manusia hanya tinggal mengawasi dan mengangkutnya ke tempat penyimpanan.
Karena berproduksi 24 jam nonstop, tidak heran bila Riaupulp memiliki 3.500 karyawan. Kapasitas produksi pulpnya mencapai 2.000.000 ton / tahun sedangkan kertas mencapai 750.000 ton tahun.
Corporate Social Responsibility (CSR)
CSR adalah komitmen dunia usaha untuk berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan; berkerja dengan para karyawan dan keluarganya, masyarakat tempatan dan masyarakat secara luas dalam meningkatkan kualitas hidup mereka.
Komponen CSR di Riaupulp meliputi lingkungan, pemberdayaan masyarakat, pengembangan sumber daya manusia, kesukarelawanan karyawan, dan dialog.
CSR memiliki misi memberdayakan ekonomi komunitas lokal berbasis penguatan partisipasi masyarakat dan membangun kemitraan dan persebatian yang berkualitas antara Riaupulp, karyawan dan masyarakat Tempatan,
serta masyarakat secara luas.
CSR meliputi sistem pertanian terpadu, pengembangan usaha mikro kecil dan menengah, pelatihan kejuruan, infrastruktur sosial dan hutan tanaman rakyat.
Cecom
Care and empowerment for Community (CECOM) adalah yayasan yang merupakan partner Riaupulp dalam menjalankan program CSR atau dikenal dengan nama lain CD (community development). CECOM aktif memberdayakan masyarakat Riau dengan berbagai kegiatan.
Selama dua tahun CECOM berdiri sudah banyak menyalurkan bantuan kepada masyarakat, antara lain berbentuk modal usaha yang disalurkan kepada masyarakat mencapai Rp13 miliar dan hingga saat ini masih berjalan.
Bantuan ini diberikan dalam bentuk sistem pengembagan pemberdayaan masyarakat dan pengembangan usaha ekonomi kerakyatan. Untuk program unggulan yang sudah dikembangakan CECOm adalah sistem pertanian terpadu yang sampai saat ini sudah terbentuk 136 kelompok tani di 103 desa yang tersebar di lima kabupaten dan kota yakni di Pelalawan, Siak, Kuansing, Kampar, Rokan Hulu, dan Pekanbaru sendiri.
Dalam bidang pertanian, CECOM telah menyalurkan bantuan sapi
dengan sistim bergulir dimana untuk tahun 2007 ini sebanyak
217 ekor sapi. Hal ini berarti hingga saat ini sudah mencapai
2.600 ekor sapi yang sebanyak 90% sudah menjadi milik para
petani.
Penyaluran bantuan CD dalam bidang pertanian ini sudah
mencapai Rp 4 miliar dan mengarahkan dan melatih kelompok
tani dan pendirian koperasi simpan pinjam.
CECOM juga membantu masyarakat dalam mengembangkan
Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) seperti mini market,
bengkel, tata rias, jasa sablon dan industri rumah tangga (home
industri).
Di bidang kesehatan, CECOM juga memberikan layanan
pengobatan gratis bagi masyarakat miskin, termasuk operasi bibir
sumbing dan operasi katarak yang pada tahun 2006 sudah
membantu 18 ribu pasien. yang dibantu. Selain itu, yayasan ini
juga menyiapkan tim medis bekerja sama dengan pihak
Puskesmas dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan ikatan bidan.
Sementara di bidang pendidikan, Yayasan CECOM telah
memberikan beasiswa mulai dari siswa SD sampai ke tingkat
perguruan tinggi. Pada tahun 2007 ini, beasiswa yang sudah
disalurkan mencapai Rp 1,6 miliar
kami warga riau complex, tinggal di perumahan karyawan rapp. kapan mb fitri datang ke rapp lagi? nice posting, thanks...
BalasHapus