Selasa, 17 Februari 2009
Ekspedisi Sungai Rokan Memotret Budaya, Sejarah dan Perjalanan Dunia Melayu
Ekspedisi Sungai Rokan, yang dilakukan Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan (UP2K2) Unri, dipamerkann pada 20-25 Oktober lalu di Gedung Rektorat bersempena dengan Dies Natalis Unri ke-46.
Ketua pelaksana pameran, Elmustian Rahman mengatakan bahwa pameran ini meliputi tiga aspek yaitu pemutaran film dokumenter dan diskusi, pameran foto dan pameran lainnya. Film yang diputarkan itu berdurasi 30 menit, tentang Danau Raya (ikan salai), Kerajaan Rokan IV Koto, Pulau Halang, Bagansiapiapi (China Town), catatan perjalanan Sungai Rokan dan Candi Muara Takus. Setelah pemutaran film ini dilanjutkan dengan diskusi.
Foto-foto yang dipamerkan meliputi foto yang bersifat landscape, human interest, portrait, culture & senirupa serta foto terkait catatan perjalanan. Selain foto, pameran UP2K2 Unri ini juga menampilkan buku-buku catatan perjalanan, laporan ekspedisi, peta, silsilah, poster dan artefak. Selain itu lukisan ilustrasi karya dua pelukis Riau, Jon Kobet dan Khalis Zuhdi juga menjadi bagian yang akan dipamerkan.
Ekspedisi Sungai Rokan merupakan bagian dari rencana penelitian empat sungai (Rokan, Siak, Kampar dan Indragiri) yang dicanangkan UP2K2 Unri. Ekspedisi dimulai pada Februari lalu dan berakhir Oktober ini untuk satu sungai. Menurut Elmustian, bila tidak ada aral melintang, ekspedisi empat sungai besar di Riau itu akan selesai pada tahun depan.
"Semula ekspedisi empat sungai ini direncanakan rampung dalam dua tahun," ungkap Elmustian. Pameran ini merupakan publikasi dari tahap awal eksepdisi secara keseluruhan.
"Produk akhir secara lengkap baru akan dapat dinikmati beberapa tahun kemudian. Namun kita menginginkan masyarakat dan kalangan akademik dapat melihat dan menikmati hasil penelitian kita hingga tahap ini. Mudah-mudahan ada masukan dari masyarakat untuk perbaikan kita ke depan," ujarnya.
Hal yang mendasari dilaksanakannya penelitian terhadap empat sungai tersebut, jelas dosen FKIP Unri ini, adalah untuk melestarikan khazanah budaya melayu. Budaya melayu menurutnya dibangun karena ada jalur sungai. Namun saat ini mobilitas masyarakat sudah berpindah ke jalur darat.
"Di sepanjang rantau tepian sungai berdiri kerajaan-kerajaan, negeri-negeri, kampung, banjar, ladang, bagan teratak dan pondok-pondok mandah. Namun saat ini hal itu tidak terjadi lagi. Jadi kita perlu meneliti tempat-tempat yang kini terpinggirkan itu," ungkapnya.
Saat WPR mengunjungi lokasi pameran di Rektorat Unri, terlihat puluhan foto landscape dipajang. Sebagian besar menggambarkan tentang eksotiknya Riau dan Sungai Rokan yang kaya baik hasil sungainya berupa ikan dan udang, maupun hasil hutan di sepanjang aliran sungai itu.
Elmustian menceritakan, banyak kisah yang dapat mereka petik dari ekspedisi ini dan-berharap apa–apa yang mereka dapatkan itu menjadi masukan yang berharga bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan.
“Sudah waktunya pembangunan juga diarahkan ke daerah pedesaan. Dan kami berharap, situs-situs budaya yang ada tidak secara serampangan dipugar agar tidak melenceng dari aslinya,“ katanya.***
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar