Kamis, 03 November 2011

Anak Buruh Bangunan Dapat Beasiswa Penuh dari Yayasan PCR dan BSM Pekanbaru

Ikhwanul Suenta berdiri paling kanan.

Namanya Ikhwanul Suenta, putra seorang buruh bangunan, eks siswa SMAN 9 Pekanbaru. Ikhwan, demikian ia biasa dipanggil, tampil sebagai pemuncak dalam raihan IPK selama masa matrikulasi sebagai calon penerima beasiswa penuh dari Yayasan Politeknik Chevron Riau bekerja sama dengan Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru. Ya, Ikhwan berhasil mendapatkan IPK 4,00. Angka sempurna.
Sosoknya terlihat bersahaja, tenang, namun cerdas. Ia tampil sebagai pemuncak dari sembilan penerima beasiswa YPCR dan BSM. Pihak PCR mengatakan, selama enam minggu masa matrikulasi, Ikhwan dapat menyelesaikan tugas yang tidak dapat dikerjakan oleh mahasiswa lain.
Siapakah dia? Begini kisah hidup Ikhwan. Ayahnya Suparmansyah, meninggal pada Maret 2011 lalu karena kanker paru-paru, sebulan sebelum Ujian Nasional digelar. Tentulah ini ujian yang berat bagi seorang anak yang sedang beranjak dewasa. Satu penopang seolah patah, dengan kepergian sang ayah tercinta.
Kini ia tinggal dengan sang ibu, seorang guru di SMP Kalam Kudus dan adik perempuannya Galuh (13), di Jalan Teratai Gang Gunga Nomor 8 Pekanbaru. Sejak lama ia memang ingin sekolah di jurusan teknik. Alasannya sederhana, begitu tamat, kemungkinan mendapatkan pekerjaan lebih besar.
Dipilihnya PCR karena memang PCR bagus menurutnya. Namun ia sempat pesimis bisa masuk, karena terkendala biaya. Apalagi kalau mengingat kondisi ekonomi keluarganya. Untunglah kemudian ia melihat ada pengumuman di facebook tentang penerimaan mahasiswa baru PCR dan beasiswa dari BSM.
"Saat saya katakan pada Mama, Beliau mendukung saya 100 persen. Maka saya lengkapi persyaratannya dan mengikuti tes," katanya.
Alhamdulillah, Ikhwan diterima di sini. "Saya pikir, ini jalan terbaik dari Tuhan untuk saya. Ini waktu yang sangat tepat. Ketika Papa sudah tidak ada, saya dapat beasiswa penuh," terusnya.
Hingga saat ini, Ikhwan masih tinggal dengan ibunya. Setiap pagi, ia mengantarkan ibunya ke SMP Kalam Kudus untuk mengajar, lalu pergi ke kampusnya di Rumbai. "Mama tidak bisa bawa motor. Jadi saya yang bertugas mengantarkan Mama ke sekolahnya setiap pagi, sebelum berangkat ke kampus," katanya.
Saat ditanya apa cita-citanya, dimana ia ingin bekerja setelah tamat nanti, Ikhwan mengatakan, "Dimana saja tidak masalah. Di dalam negeri atau di luar, tidak apa-apa. Pokoknya, empat tahun lagi, saat Mama pensiun dan saya lulus, saya ingin Mama istirahat di rumah, biar saya yang kerja," katanya tegas.
Suaranya penuh percaya diri. Ada tekad kuat yang memancar dari nada bicaranya. Melihat apa yang sudah dicapainya saat ini, rasanya cita-cita mulia Ikhwan akan diraihnya.
Ikhwan juga menceritakan pengalamannya mengikuti matrikulasi selama satu semester (6 minggu) di PCR. "Sempat kaget. Dulu di SMA, sistem belajarnya keras, ternyata sampai di sini, lebih keras lagi. Tugas dari dosen cukup banyak. Kami sering tidur larut malam agar dapat menyelesaikan tugas," katanya.
Kamis (3/11/11), Ikhwan bersama delapan rekannya yang lain dari berbagai daerah di Riau, menerima beasiswa dari BSM. Beasiswa itu mencakup seluruh biaya kuliah selama masa pendidikannya. Syaratnya, IPK mereka harus di atas 3,00. Bila kurang dari itu, maka beasiswa akan diputus sementara waktu.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar