Rabu, 02 November 2011

Doa dalam Sebuah Nama

Kata Nabi Muhammad SAW, dalam nama itu ada doa. Maka orangtua diseru untuk memberi anaknya nama-nama yang indah. Harapannya, kelak nama itu akan menjadi kenyataan dalam diri si anak. Kita tentu pernah mendengar nama yang terkesan sangat 'kuat', seperti Tegar, Bangkit, Jaya, Suci dan sebagainya.
Tidak hanya manusia yang diberi nama. Bangunan-bangunan penting juga diberi nama. Seperti gedung sembilan lantai di samping Kantor Gubernur Riau, diberi nama Menara Lancang Kuning. Perpustakaan Wilayah Provinsi Riau yang representatif itu diberi nama Soeman Hs, pusat kegiatan seni dan budaya diberi nama Bandar Seni Raja Ali Haji (Bandar Serai) sedangkan tempat perhelatan seni budaya yang dicanangkan sebagai salah satu ikon Kota Pekanbaru di Bandar Serai itu diberi nama Anjung Seni Idrus Tintin.
Jalan, tugu, pohon, semua diberi nama. Jalan yang dulu bernama Harapan Raya, sekarang benar-benar sudah 'raya'. Dalam KBBI, raya berarti besar (terbatas pemakaiannya); alam (jagat) --; badak --; hari --; jalan --; purnama --; rimba --;
me·ra·ya·kan v memuliakan (memperingati, memestakan) hari raya (peristiwa penting): ~ Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia; ~ hari lahir; pe·ra·ya·an n pesta (keramaian dsb) untuk merayakan suatu peristiwa. Jadi Jalan Harapan Raya mungkin lebih kurang berarti jalan harapan atau jalan yang diharapkan akan menjadi jalan besar.
Sekarang, lihatlah Jalan Harapan Raya itu. Di sepanjang jalan itu bertaburan rumah toko yang ramai pengunjung. Berbagai benda dijual di sepanjang jalan itu. Wisata kuliner malam hari di jalan itu juga cukup menggairahkan. Berbagai rumah makan dan warung-warung tenda pinggir jalan, selalu ramai pengunjung.
Pertanyaannya, mengapa ada nama daerah di Duri Air Jamban? Apakah sejarah besar di balik nama itu, hingga diberi nama Air Jamban dan tak ada yang terpikir untuk menggantinya? Saya mencari-cari di kamus online, arti jamban, ternyata ini yang saya dapat; jamban adalah tempat buang air, kakus, tandas, peturasan.
Penasaran, saya cari lagi di Kamus Besar Bahasa Indonesia. Berharap akan menemukan pengertian lain dari jamban, supaya saya tidak berpikir negatif. Ternyata sama saja. Dan bila kita meyakini bahwa Bahasa Indonesia merupakan 'sumbangan' dari orang-orang Melayu untuk negeri bernama Indonesia ini, maka bisa jadi dalam bahasa Melayu pun jamban tidak jauh beda pengertiannya.
Lalu mengapa ada daerah yang diberi nama Air Jamban? Doa apa yang diharapkan orang-orang yang menyebut daerah itu dengan nama itu?
Masih ada lagi daerah di Duri yang menurut saya perlu di-rename. Daerah itu bernama Simpang Pokok Jengkol. Apa karena di sana dulu entah kapan, banyak pokok jengkol? Mengapa sekarang tidak kita tanam saja di sekitar persimpangan itu pohon akasia, sehingga nanti kita sebut kawasan itu Simpang Akasia?
Ada lagi di daerah Rumbai sebuah persimpangan jalan yang membingungkan para pengemudi sehingga dinamakan Simpang Bingung. Memang bingung kalau lewat sana, kemana harus membelok yang tidak melanggar rambu-rambu. Karena membingungkan itulah, beberapa ruas jalan di simpang itu diportal, sehingga tidak bisa lagi dilewati.
Sebagai provinsi yang kehidupan masyarakatnya dikatakan masih sangat kental dengan budaya Melayu dan ajaran Islam, mungkin sudah saatnya kita memikir ulang tentang nama-nama yang ada di daerah ini. Mari kita cari nama-nama yang bernilai rasa positif, penuh semangat dan mencerminkan kemelayuannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar