Jumat, 13 Februari 2009

Menebus Kesalahan

Hari ini, Minggu (19/11), dengan menumpang angkot, aku
dan putri sulungku yang masih lima tahun, pergi ke
mall terdekat dari rumah. Kami akan ke toko buku. Aku
ingin menghabiskan siang ini bersama si sulung seperti
dulu sering kami lakukan.
Mall Minggu ini ternyata ramai sekali. Apalagi sedang
ada final kompetisi lets dance sehingga pengunjung
membludak.
Kami langsung ke toko buku. Aku pergi ke sudut yang
menyediakan komputer. Di sana anak-anak seumuran Rara
sedang asyik belajar dari komputer yang menampilkan
aneka edu-game. Inilah yang akan aku belikan untuk
Rara. Selama ini dia sering ikutan main game di
komputer rumah kalau melihat aku sedang main. Jadi ia
sudah mengerti cara menjalankan mouse.
Kami memilih sebuah edu-game, Rara lalu diajarkan
cara memainkannya. Setelah itu kupilih dua CD. Satu
berisi kisah nabi dan satu lagi tentang ilmu
pengetahuan populer untuk anak.
Setelah mendapatkan nota, kami pergi ke bagian buku
anak-anak. Rara memilih satu buku cerita kesukaannya
dan aku sibuk memilih buku-buku untuk belajar membaca,
menulis dan berhitung.
Aku sudah bertekad, mulai hari ini Rara akan
mendapatkan kembali perhatian yang selama ini telah
banyak berkurang dari kami orang tuanya, terutama aku,
mamanya.
“Ma, perut Rara sakit nih, lapar…”
Itu lagu lama kalau Rara diajak ke mall. Kalau lagi
bad mood, aku langsung mengajaknya pulang. Makan di
rumah lebih terjamin. Tapi kali ini, tak apalah. Toh
ia sudah mengalah tidak makan ayam goreng yang
terpaksa kami tahan dulu sementara ini karena
Pekanbaru sudah positif flu burung.
Kami pergi ke foodcourt yang penuh sesak dan mulai
memesan mi goreng seperti yang dia mau.
Sementara menunggu pesanan datang, kukeluarkan
buku-buku dan mulai mengajak dia belajar. Ternyata ia
sudah bisa berhitung sampai tiga puluh! Menulis angka
enam dan sembilan masih terbalik, menulis angka
delapan dengan cara membuat dua bulatan, menulis angka
belasan selalu angka satunya belakangan, dan
seterusnya.
Aku makin gembira ketika ia menunjukkan telah bisa
menghafal Surat Alkautsar walaupun masih ada bagian
yang belepotan. Ini lebih baik dibanding hari-hari
biasa, dimana ia selalu menolak kalau ditanya tentang
pelajaran sekolahnya. Ia memang tak pernah bersemangat
kalau ditanya bagaimana pelajaran sekolahnya.
“Biasa aja Ma…”
“Nantilah Ma, Rara masih capek
nih…”
Dan alasan-alasan lainnya.
Bacaan iqra’nya juga ada kemajuan. Sudah hafal
sebagian besar, tinggal beberapa huruf terakhir saja
yang tertinggal. Sebentar lagi tentu ia akan berhasil
lanjut ke iqra’ 2, pikirku gembira.
Aku juga membeli buku yang di sampulnya bertuliskan,
lancar membaca dalam 60 hari. Masak sih? Pikirku
seketika. Tapi waktu melihat isinya, sepertinya memang
mungkin saja. Makanya aku membeli buku itu dan besok
akan langsung star.
Kami sampai di rumah pukul setengah lima. Kami
langsung menghidupkan komputer dan main edu-game. Rara
tampak bersemangat mewarnai berbagai gambar yang
tampil di layar. Aku tersenyum bahagia.
Ya Allah, berikanlah aku kesabaran seluas samudera,
untuk menemani buah hatiku tumbuh dan berkembang.
Semoga esok hari kita masih bisa mengecap kebahagiaan
ini Sayang…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar