Jumat, 13 Februari 2009

Seperti Apakah Anda Ingin Dikenang?

Suatu malam saya tidak bisa tidur (lagi). Entah sudah malam yang ke berapa. Beberapa malam yang lalu saya mencoba mencari kesibukan dengan membaca, malam lainnya merancang rumah di tanah orang yang entah sanggup saya beli atau tidak. Pokoknya menghayal saja. Dan kemarin malam, saya tiba-tiba berpikir soal kematian.
Sudah pasti, semua yang bernyawa akan mati. Saya yakin itu. Saya percaya, suatu hari, entah besok, entah setelah saya terlelap malam itu, saya akan mati. Tidak ada yang dapat menolak takdir itu.
Lalu timbul pertanyaan, seperti apakah saya ingin dikenang oleh orang-orang yang pernah saya kenal? Sebagai ibu yang garangkah, istri yang selalu menuntutkah, teman yang jahatkah, atau apa? Saya coba mengingat-ingat perbuatan baik mana yang telah saya lakukan untuk seseorang. Mula-mula saya mengingat si A, ternyata, selain pernah berbuat baik, saya juga pernah menyakiti dia. Demikian pula di si B, si C, dan seterusnya. Bahkan ada yang rasanya tak pernah saya baiki. Ada orang yang saya acuhkan, semisal pengemis kumuh yang mengetuk jendela mobil saya di sebuah tempat parkir. Mungkinkah di jelmaan Nabi Khidir yang konon hidup hingga hari kiamat dan menyamar menjadi peminta-minta?
Mengingat itu semua, saya jadi malu sendiri. Rasanya terlalu muluk saya berharap orang akan menangisi kepergian saya. Rasanya begitu banyak perbuatan buruk yang telah saya lakukan. Walaupun bukan berarti tak pernah berbuat baik, tapi perbuatan buruk itu terus membayangi saya.
Dan ketika malam itu saya berdoa, saya bertanya pada Tuhan, mengapa saya tidak berubah menjadi lebih baik dari hari ke hari? Mengapa saya lagi dan lagi melakukan kesalahan yang sama? Harusnya kita lebih pintar dari keledai, yang tak mau jatuh ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya.
Di bulan yang penuh rahmat dan ampunan ini, saya mengajak kita semua, berlomba-lomba berbuat kebajikan. Tak selalu harus memberi sedekah dengan uang receh (seperti yang lazim kita lakukan selama ini), karena segaris senyum yang tulus dari hatipun, telah dicatat malaikat sebagai sebuah amal. Tak peduli apakah kita akan mati esok pagi, setahun lagi, atau sepuluh tahun lagi, berbuat baiklah hari ini. Ingatlah, Allah memiliki ‘kamera’ yang memantau setiap gerak gerik kita, bahkan bisikan terhalus di dalam lubuk hati yang terdalam sekalipun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar