Kamis, 19 Februari 2009

Syukurilah, Apa pun Kejadiannya

Malam ini tak sengaja saya tergelitik untuk mencari foto-foto megapop dunia, Michael Jackson. Saya pun menemukan ratusan foto tentang lelaki yang dikabarkan baru saja menjadi muslim itu. Dari semua foto itu, hampir 80 persen menonjolkan hasil operasi plastik yang dijalaninya. Sebagian dalam bentuk yang sangat kasar dan membuat saya merinding.
Sebuah foto memperlihatkan seseorang yang sepertinya Michael Jackson usai operasi pemutihan kulit wajah. Ia tengah memilih-milih bentuk hidung yang cocok dengan wajah barunya. Sosok itu persis Michael Jackson, namun dengan hidung rata dan hanya menyisakan setitik lubang untuk bernapas. Ini besar kemungkinan hanyalah rekayasa fotografi rendahan.
Foto lainnya adalah Michael Jackson sebelum dan sesudah operasi plastik. Satu foto memperlihatkan wajah asli penyanyi Afro Amerika itu dengan kulit coklatnya yang berminyak, rahang tersamar, rambut keriting kribo, alis yang tak rapi, hidung buah jambu, bibir sewarna kulit wajah, dan dagu yang sesuai dengan wajah itu. Foto di sampingnya, usai operasi plastik, memperlihatkan kulitnya putih seperti dilumuri semen, pipi yang tirus seperti George Michael, rambut lurus dan hidung yang aduhai mungilnya. Bibirnya kini terlihat merah dan dagunya kini terlihat terbelah dua. Kata-kata di bawah dua foto itu adalah: remember,... It could always be worse...
Dalam sebuah wawancara, Jacko, demikian sapaan akrabnya, mengatakan bahwa ia tak melakukan operasi plastik untuk memutihkan kulitnya. Sebaliknya, itu merupakan sesuatu yang alami terjadi dalam keluarganya.
Isunya lagi, akibat segala macam operasi plastik yang dilakukannya, Jacko harus selalu dekat-dekat dengan tabung oksigen murni karena kulit putih dan segala yang baru dalam dirinya itu membutuhkan perawatan dengan biaya yang tak sedikit.
Bagi saya, Michael Jackson telah mengingkari pemberian Tuhannya. Ia sepertinya keberatan dengan segala keindahan yang diberikan secara gratis oleh Tuhan untuknya.
Saya memandangi kulit wajah saya yang coklat, khas kulit orang di daerah tropis. Ada sisa-sisa kenakalan masa kecil di tengah sawah, hutan dan tanah lapang saat main layangan. Setelah dewasa, kulit ini tiap sebentar kena cipratan minyak panas saat memasak di dapur. Warnanya jadi lebih hitam dalam bentuk bercak-bercak di sembarang tempat di tangan dan wajah.
Hidung saya juga tidak kecil mungil. Lebih kurang samalah dengan hidung aslinya Michael Jackson dulu. Hidung yang terkadang terserang flu hebat, terkadang ditumbuhi jerawat batu dan komedo.
Intinya, tidak ada yang terlalu bagus di wajah saya. Namun demikian, sungguh besar rasa syukur saya, karena Allah telah menganugerahi wajah, kulit dan hidung seperti ini. Meskipun hidung ini sedang ditempeli jerawat batu yang sakit berdenyut-denyut, namun fungsinya untuk menciumi segala bau masih normal. Tidak masalah bila dipencet habis, karena tak akan berubah bentuk. Anak-anak saya pun tidak menolak diciumi.
Demikian pula saat melihat ulah anak-anak yang lucu, saya tertawa lepas, bahkan sampai berguling-guling dengan perasaan bebas. Tak perlu khawatir kulit di pipi akan salah bentuk, menceng sana mencong sini, atau bibir jadi tak dapat dikatupkan.
Kulit yang bercak-bercak kena minyak panas ini tak masalah saat terkena matahari langsung. Tak mengerut pula bila kena air dingin. Saya dapat menikmati sinar matahari secara gratis dan bersuka ria di bawah siraman sinarnya yang terik. Saya tak perlu menyiapkan tabung oksigen murni untuk menjaga kesehatan kulit ini.
Sungguh Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna. Saya syukuri itu dan saya nikmati hidup ini apa adanya. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar